96. Apa Itu Lailatul Qodar
Lailatu
qodar Satu malam yang mempunyai kelebihan lebih seribu bulan yang lain, yang
terletak didalam 10 hari terakhir
ramadhan. Allah subuhanahu wata'ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
(5)
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar. (Q.S Al-qodr ayat 1-5)
97. Keutamaan Lailatul Qodar
Lailatul qodar memiliki banyak keutamaan, diantaranya
adalah:
1.Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur’an
Ibnu ‘Abbas dan selainnya mengatakan, “Allah
menurunkan Al Qur’an secara utuh sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah
yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah
-shallallahu ‘alaihi wa sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan
kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun.” (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 14: 403).
2. Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan
Allah Ta’ala berfirman,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3).
- An Nakha’i
mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Latha-if
Al Ma’arif, hal. 341).
- Mujahid,
Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik
dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari
shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zaadul
Masiir, 9: 191).
3. Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا
كُنَّا مُنْذِرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada
suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”
(QS. Ad Dukhon: 3).
4. Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu
malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar
Keistimewaan Lailatul Qadar ditandai pula dengan
turunnya malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
Artinya:Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat Jibril” (QS. Al Qadar: 4)
Ibnu Katsir berkata: Banyak malaikat yang akan turun
pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut.
Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat.
Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al Qur’an, mereka akan
mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan
sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan
mereka. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407)
Catatan:
Malaikat Jibril disebut “Ar Ruuh” dan
dispesialkan dalam ayat karena menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat
tersebut.
5. Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’
Yang dimaksud ‘salaam’ dalam ayat,
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
Artinya: “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai
terbit fajar” (QS. Al Qadr: 5)
Ibnu Katsir berkata: yaitu malam tersebut penuh
keselamatan di mana setan tidak dapat berbuat apa-apa di malam tersebut baik
berbuat jelek atau mengganggu yang lain. Demikianlah kata Mujahid (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407).
6. Lailatul Qadar
adalah malam dicatatnya takdir tahunan
Allah Ta’ala berfirman,
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
Artinya: “Pada malam itu dijelaskan segala urusan
yang penuh hikmah” (QS. Ad Dukhan: 4).
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya (12: 334-335)
menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai
penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rizki. Dan juga akan
dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun. Demikian diriwayatkan dari
Ibnu ‘Umar, Abu Malik, Mujahid, Adh Dhahhak dan ulama salaf lainnya.
7. Dosa setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul
Qadar’ akan diampuni oleh Allah
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا
هِشَامٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Artinya: “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap
pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)
Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: Bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’
(karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang
diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’
bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya
yaitu contohnya berbuat riya’. (Fathul Bari, 4: 251)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar