Jumat, 14 Februari 2020

173 PERMASALAHAN SEPUTAR PUASA DAN I'TIKAF (77-79)


77.   Hukum Shalat Tarawih (qiyamullail)
Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari  تَرْوِيْحَةٌ yang berarti waktu sesaat untuk istirahat.([1])
Dan  تَرْوِيْحَةٌ pada bulan Ramadhan dinamakan demikian karena para jamaah beristirahat setelah melaksanakan shalat tiap-tiap 4 rakaat.([2])
Adapun hukum shalat tarawih adalah mustahab (sunnah), sebagaimana yang dikatakan oleh Imam An-Nawawi ketika menjelaskan tentang sabda Nabi Shollallahu 'Alalaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu:
أَخْبَرَنَا نُوحُ بْنُ حَبِيبٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ بِعَزِيمَةٍ قَالَ: «مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Artinya:  Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu beliau berkata: bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi  Wasallam menganjurkan (memotivasi) shalat malam dibulan ramadhan tanpa mewajibkanya, beliau bersabda: Maka barangsiapa menjalankan puasa dan shalat malam pada bulan itu karena iman dan mengharap pahala, niscaya bebas dari dosa-dosa seperti saat ketika dilahirkan ibunya.” (HR. An-Nasa’I No 3409)
Dan Nabi Shollallahu 'Alalaihi Wasallam Bersabda:
يَا رَسُولَ اللهِ، لَوْ نَفَّلْتَنَا قِيَامَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ. قَالَ: «إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ»
Artinya: Abu Dzar berkata : kalau saja baginda  menjadikan shalat malam ini sebagai sunnah untuk kami! Rasulullah Shollallahu 'Alalaihi Wasallam Bersabda:   “Sesungguhnya seseorang apabila shalat bersama imam sampai selesai maka terhitung baginya (makmum) qiyam satu malam penuh.” (H.R An-Nasa'i no 1289)
Rasulullah Shollallahu 'Alalaihi Wasallam juga Bersabda:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ، ثُمَّ صَلَّى مِنَ الْقَابِلَةِ، فَكَثُرَ النَّاسُ، ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ، أَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أَصْبَحَ، قَالَ: «قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ، فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنَ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ»، قَالَ: وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ
Artinya: Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam keluar dan shalat di masjid, orang-orang pun ikut shalat bersamanya, dan mereka memperbincangkan shalat tersebut, hingga berkumpullah banyak orang, ketika beliau shalat, merekapun ikut shalat bersamanya, mereka meperbincangkan lagi, hingga bertambah banyaklah penghuni masjid pada malam ketiga, Rasulullah Shallalalhu ‘alaihi wa sallam keluar dan shalat, ketika malam keempat masjid tidak mampu menampung jama’ah, hingga beliau hanya keluar untuk melakukan shalat Shubuh. Setelah selesai shalat beliau menghadap manusia dan bersyahadat kemudian bersabda: “Amma ba’du. Sesungguhnya aku mengetahui perbuatan kalian semalam, namun aku khawatir diwajibkan atas kalian, sehingga kalian tidak mampu mengamalkannya”Dan itu adalah dibulan ramadhan [Hadits Riwayat Bukhari 3/220 dan Muslim 761]
Maka oleh karena itulah, berdasarkan hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa hukum shalat tarawih adalah sunnah atau mustahabbun dan bukan wajib.



 
78.   Hukum Qiyamullail Dengan Berjamaah Di Malam Ramadhan
Hukum shalat tarawih secara berjamaah di masjid adalah mustahabbun, ini berdasarakan beberapa dalil:
Pertama: Hadits ‘Aisyah radhiyallahu 'anha. beliau berkata:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ المُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي المَسْجِدِ، فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ، ثُمَّ صَلَّى مِنَ القَابِلَةِ، فَكَثُرَ النَّاسُ، ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ، فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ: «قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنَ الخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ»
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah Shollallahu 'Alalaihi Wasallam pada suatu malam shalat di masjid lalu para shahabat mengikuti shalat beliau, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) beliau shalat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti shalat Nabi ), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya beliau bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan.” (Muttafaqun ‘Alaih: Bukhari No 1129 Muslim No 761)
Kedua: Hadits Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu. beliau berkata, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam  bersabda:
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ اْلإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Artinya: “Sesungguhnya seseorang apabila shalat bersama imam sampai selesai maka terhitung baginya (makmum) qiyam satu malam penuh.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah)
Hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud (1/380). Berkenaan dengan hadits di atas, Al-Imam Ibnu Qudamah mengatakan: “Dan hadits ini adalah khusus pada qiyamu Ramadhan (tarawih).” (Al-Mughni, 2/606)
Istifadah: Shalat tarawih dilaksanakan secara berjamaah lebih utama daripada melaksanakannya secara sendiri, seperti yang dikatakan  Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullahu ta'ala: “Apabila permasalahan seputar antara shalat tarawih yang dilaksanakan pada permulaan malam secara berjamaah dengan shalat yang dilaksanakan pada akhir malam secara sendiri-sendiri maka shalat tarawih dengan berjamaah lebih utama karena terhitung baginya qiyamul lail yang sempurna.” (Qiyamu Ramadhan, hal. 26)
Imam Nawawi –Rahimahullahu Ta'ala juga Berkata: "Imam Asy Syafi’i, mayoritas ulama Syafi’iyah, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sebagian ulama Malikiyah berpendapat bahwa lebih afdhol shalat tarawih dilaksanakan secara berjama’ah sebagaimana dilakukan oleh ‘Umar bin Al Khottob dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Kaum muslimin pun terus menerus melakukan shalat tarawih secara berjama’ah karena merupakan syi’ar Islam yang begitu nampak sehingga serupa dengan shalat ‘ied". (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6/39).
Ketiga: Perbuatan ‘Umar bin Al-Khaththab dan para shahabat lainnya (Syarh Shahih Muslim, 6/282), ketika ‘Umar bin Al-Khaththab melihat manusia shalat di masjid pada malam bulan Ramadhan, maka sebagian mereka ada yang shalat sendirian dan ada pula yang shalat secara berjamaah kemudian beliau mengumpulkan manusia dalam satu jamaah dan dipilihlah Ubai bin Ka’b sebagai imam (lihat Shahih Al-Bukhari pada kitab Shalat Tarawih).
Keempat: Karena shalat tarawih termasuk dari syi’ar Islam yang tampak maka serupa dengan shalat ‘Ied. (Syarh Shahih Muslim, 6/282)
Istifadah:
Adapun hadits zaid bin tsabit dibawah ini:
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، قَالَ: سَمِعْتُ مُوسَى بْنَ عُقْبَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا النَّضْرِ، يُحَدِّثُ، عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «صَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ، فَإِنَّ أَفْضَلَ صَلَاةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ» وقفة مالك بن أنس
Artinya: Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Wahai manusia (kaum muslimin, pent), sholatlah kalian di rumah-rumah kalian, karena shalat seseorang yang paling afdhal (lebih utama) itu dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat fardhu.” (Hadits ini SHOHIH. Diriwayatkan oleh An-Nasaa-i III/198, dan ditakhrij oleh Al-Albani dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah nomor: 1508).
Hadits ini adalah untuk selain shalat tarawih, dengan berdalil:
1.      Perbuatan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam diawal mula melaksanakan shalat tarawih, beliau shalat tarawih dimasjid secara berjamaah bersama para sahabatnya dimasjid. adapun beliau meninggalkanya setelah itu karena khawatir akan dianggap wajib oleh para sahabatnya.
2.      Perbuatan umar yang menyuruh para sahabat untuk bergabung dalam satu imam. dan itu dimasjid.
Dua dalil inilah yang menjadi qorinah bagi hadits diatas untuk mengkhususkan shalat tarawih dari shalat sunnah lainya.
Maka oleh karena itu,  shalat sunnah lainya lebih utama dilakukan dirumah…wallahu a'lam




79.   Keutamaan Shalat Tarawih
Sholat taraweh memiliki keutamaan-keutamaan. Dan adapun keutamaan sholat taraweh adalah sebagai berikut:
Pertama: Akan memperoleh ampunan Allah terhadap dosa yang telah lalu. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Bersabda: “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Catatan: yang dimaksud dosa disini adalah dosa kecil. karena dosa besar membutuhkan taubat khusus sebagai syarat di ampuni oleh Allah 'Azza Wajalla.
Kedua: Shalat tarawih bersama imam seperti shalat semalam penuh. Ini Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو قُدَامَةَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: صُمْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ فَلَمْ يَقُمْ بِنَا فِي السَّادِسَةِ، وَقَامَ بِنَا فِي الْخَامِسَةِ حَتَّى ذَهَبَ يَنْتَظِرُ اللَّيْلَ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوْ نَفَّلْتَنَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا هَذِهِ، فَقَالَ: «إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ» ، ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ ثَلَاثَةٌ مِنَ الشَّهْرِ، فَقَامَ بِنَا فِي الثَّالِثَةِ، وَجَمَعَ أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ، فَقَامَ بِنَا حَتَّى تَخَوَّفْنَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلَاحُ قُلْتُ: وَمَا الْفَلَاحُ؟ قَالَ: «السَّحُورُ»
Artinya: Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang melaksanakan shalat malam bersama imam sampai selesai maka dicatat untuknya pahala qiyamul lail semalam suntuk. " (HR. Tirmidzi 806, Ibn Hibban 2547, Ibn Khuzaimah 2206, dan sanadnya dishahihkan al-A'dzami, imam tirmidzi mengatakan: hasan shohih)
Ketiga: Mendapatkan pahala cinta terhadap sunnah Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam.
kita ketahui bahwa shalat tarawih adalah merupakan salah satu sunnah Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam. maka ketika kita menghidupkan dan menjaga sert istiqomah terhadap pengamalan sunnah ini maka kita adalah salah satu bukti kecintaan kita terhadap Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam.
maka dengan itu juga kita akan masuk kedalam  golongan yang disebutkan oleh Allah subuhanahu Wata'ala dalam AyatNya dibawah ini:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir."  (Q.S Al-imran ayat 32)


([1] ) ihat Lisanul ‘Arab, 2/462 dan Fathul Bari, 4/294
([2] ) lihat Lisanul ‘Arab, 2/462

Tidak ada komentar:

Posting Komentar