MAKALAH SEPUTAR TAZKIYATU AN-NAFSI
PENGERTIAN TAZKIYATUNNAFS
Tazkiyatun
nafs berasal dari dua buah kata yaitu Tazkiyatun dan An-nafs. Tazkiyah berasal dari
akar kata (Zakaa Yazku-Zakaa & Zakatan) yang berarti Nama (baca: Tumbuh)
dan Zada (baca: Bertambah). Zakaa juga bisa berarti Solaha (baca;baik)dan ia
juga berarti Barokah (baca: banyak kebaikannya), disamping itu juga berarti
Thaharoh / Suci bersih. (lihat Al-Mu’jamul Wasith, hal 396).
Sedang bentuk
kata Tazkiyah dari kata Zaka yang diberi tambahan huruf kaf, sehingga menjadi
Zakka-Yuzakki-Tazkiyatan yang berarti menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki,
membersihkan, mensucikan dan menjadikannya jadi baik serta bertambah baik.
Kata An-Nafs
bisa berarti ruh/nyawa/jiwa, seperti dalam ayat “Keluarkanlah Ruh mu”. Ia bisa
berarti Nafas, yaitu udara yang keluar dan masuk ke dalam tubuh manusia,
melalui mulut atau hidung. (Lihat Al-Mufradat fii qoribil Qur’an, hal 501).
An-Nafs bisa
berarti diri sendiri, seperti pada kalimat “Ja a Huwa Nafsuhu”, artinya dirinya
sendiri yang datang, bukan wakil atau siapa dan apa-apanya. (Lihat, Al-Mu’jamul
Wasith, hal. 940).
Jadi secara
etimologis, Tazkiyatun nafs berarti membersihkan jiwa, memperbaikinya dan
menumbuhkannya agar menjadi semakin baik serta mengembangkan potensi baik jiwa
manusia.
Sedangkan
secara istilah, Tazkiyatun nafs pada adalah proses pembersihan jiwa dan hati
dari berbagai dosa dan sifat-sifat tercela yang mengotorinya, dan selanjutnya
peningkatan kwalitas jiwa dan hati tersebut dengan mengembangkan sifat-sifat
terpuji yang diridhai Allah Swt, serta potensi-potensi positifnya dengan
mujahadah, ibadah dan berbagai perbuatan baik lainnya, sehingga hati dan jiwa
menjadi bersih dan baik serta berkwalitas. Yang selanjutnya menjadikannya
mempuyai sifat-sifat dan prilaku yang baik dan terpuji.
Dalil Tentang Tazkiyatu Nufus
رَبَّنَا وَابْعَثْ
فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya: Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan
mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S
Al-baqarah : 129)
كَمَا أَرْسَلْنَا
فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ
وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا
تَعْلَمُونَ
Artinya: Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan
Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Q.S
Al-baqarah : 151)
فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى
أَنْ تَزَكَّى * وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ
فَتَخْشَى
Artinya: Dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu
untuk membersihkan diri (dari kesesatan)." Dan kamu akan kupimpin ke jalan
Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" (Q.S An-nazi’at: 18-19)
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ
يَتَزَكَّى
Artinya: Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, (Q.S Al-lail : 18)
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ
زَكَّاهَا * وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Artinya: sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S As-syams: 9-10)
Hakikat Keberadaan Hati
Pada hakikatnya, hati adalah terpancar oleh
keimanan. Allah subuhanahu wata'ala berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي
آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ
أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (الأعراف : 172)
1359 - حَدَّثَنَا عَبْدَانُ،
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، أَخْبَرَنِي
أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنْ
مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ،
وَيُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ البَهِيمَةُ بَهِيمَةً
جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ» ثُمَّ يَقُولُ أَبُو
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: {فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ القَيِّمُ} [الروم: 30]
Permasalahan: bagaimana dengan anak
orang-orang musyrik?
1383 -
حَدَّثَنِي حِبَّانُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا
شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنْ أَوْلاَدِ المُشْرِكِينَ، فَقَالَ: «اللَّهُ إِذْ خَلَقَهُمْ
أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ»
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (11)
Artinya: “Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah,
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya..” (At-Taghâbun
[64] : 11)
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ
أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ (37)
Artinya: “Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.”
(Qâf [50] : 37)
1. Hati
orang-orang yang beriman/ hati yang selamat
2. Hati orang-orang
munafiq/ hati yang sakit
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ
وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9)
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي
الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ
الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا
آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ
السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ (13) وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا
قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ
إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ
فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ
بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Artinya:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya;
dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah [2]
: 10)
3. Hati orang-orang
kafir/ hati yang mati
وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ
بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ (88)
Artinya: “Dan
mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah
mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang
beriman.” (Al-Baqarah [2] : 88)
Dan Allah berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ
أَقْفَالُهَا (24)
Artinya: “Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad [47] : 24)
Dan Allah berfirman:
حم (1) تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (2)
كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (3)
بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ (4)
وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا
وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ (5)
Artinya:
“Mereka berkata: ‘Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu
seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu
ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)’.”
(Fushshilat [41] : 5)
4 Bentuk
Nafsu Yang Ada Dalam Diri Seseorang
1) Nafsu Amarah
cenderung pada tabiat jasad dan mengejar pada prinsip
– prinsip kenikmatan. menarik kalbu manusia untuk melakukan perbuatan perbuatan
yang rendah yang sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga ia merupakan tempat
dan sumber kejelekan dan tingkah laku yang tercela. Firman Allah SWT :
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Sesungguhnya nafsu itu selalu
menyerukan pada perbuatan buruk, kecuali nafsu yang di beri rahmat oleh
Tuhannku” [QS. Yusuf : 53]
1. Daya syahwat yang selalu
mengiginkan birahi, kesukaan diri, ingin tahu dan caampur tangan urusan orang
lain.
2. Daya ghadab yang selalu
mengiginkan tamak, serakah mencekal, berkelahi, ingin menguasai yang lain,
keras kepala, sombong dan angkuh.
2) Nafsu
Lawwamah.
Lawwamah berasal dari kata al–talum
yang berarti al–taraddun (bimbang dan ragu-ragu). Dikatakan lawwamah karena
sifatnya al-lawm yang berarti celaan kerena meninggalkan iman atau celaan
karena berbuat maksiat dan meninggalkan ketaatan. Kepribadian lawwamah adalah
kepribadian yang telah memperoleh cahaya kalbu, lalu dia bangkit untuk
memperbaiki kebimbangannya antara dua hal. Kepribadian lawwamah berada dalam
kebimbangan antara kepribadian ammarah dan kepribadian muthmainnah.
Firaman
Allah SWT:
وَلَا
أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
Artinya: “Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali “ [QS. Al-Qiyamah : 2]
3) Nafsu
Mulhammah
Nafsu Mulhamah yaitu nafsu yang
memperolrh ilham dari Allah SWT, dikaruniai ilmu pengetahuan.Ia telah dihiasi
akhlak mahmudah (akhlak terpuji), dan ia merupakan sumber kesabaran, keuletan
dan ketabahan.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا
وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
(10)
Artinya: “Dalam
jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya), maka Allah SWT mengilhamkan pada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
(as – Syams ayat 7-10)
4) Nafsu Muthma’innah
Kepribadian mutmainnah adalah
kepribadian yang telah di beri kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat
meninggalkan sifat–sifat tercela dan tumbuh sifat–sifat yang baik. Kepribadian
ini selalu berorientasi ke komponen kalbu untuk mendapat kesucian dan
menghilangkan segala kotoranm sehingga dirinya menjadi tenang.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي
إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29)
وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)
Artinya: “Hai kepribadian yang tenang, kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya.” [QS. AL – Fajr :
27-28] .
Apa Saja Penyakit Jiwa?
1.
Kufur, Nifaq. Yaitu
ingkar kepada Allah. Bila seseorang ditimpa bencana dan ancaman kematian, maka
ia akan memohon kepada Allah dalam segala posisi saking takutnya, tetapi
setelah bencana itu diangkat oleh Allah, ia lupa bahwa dengan kekuasaan
Allahlah hal itu terjadi. Firman Allah:
“Dan apabila
manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk
atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia
(kembali) melalui (jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada
Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang
yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS
10:12)
2.
Syirik &
Riya’. Syirik : menyekutukan Allah dengan selain Allah.
Riya’: syirik kecil, karena adanya pada diri manusia itu sendiri. Perumpamaan
Rasul SAW : “Riya’ itu bagaikan semut hitam, di atas batu hitam, di dalam
hutan belantara yang gelap pada waktu malam hari." Riya’ menyebabkan
seluruh amal yang kita kerjakan karena Riya’ akan ditolak oleh Allah. Ingat
salah satu doa yang diajarkan Rasulullah yang termuat dalam Al-Ma’tsurat:“Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu terhadap
apa-apa yang aku ketahui. Dan ampunilah aku terhadap apa-apa yang tidak aku
ketahui.”
3.
Hubbud dunya, atau cinta
dunia(wahn). Firman Allah:
"Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda
pilihan, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)." (QS 3: 14).
4.
Hasad
(kedengkian). Orang yang hasad tidak senang bila orang lain
mendapatkan rezeki, nikmat, dll dari Allah. Rasulullah menasehati kita, “Jauhi
sifat hasad, karena tanpa terasa kebaikan amal kita habis seperti api
menghabiskan sepotong kayu.” Ingat kisah seorang sahabat miskin (seorang
buruh panggul) yang dikatakan Rasul SAW sebagai ahli syurga padahal ketika
diselidiki oleh seorang sahabat lain amalan lainnya biasa saja. Ternyata
rahasianya adalah bahwa tiap malam ia berdoa agar terhindar dari sifat hasad
dan mendoakan orang lain yang berniat atau telah melakukan kezaliman atas
dirinya untuk diampuni oleh Allah.
5.
Ujub, yaitu kekaguman
seseorang terhadap dirinya sendiri. Kekaguman itu bisa terhadapkekaguman
fisiknya (narsisme), ilmu pengetahuan yang dimiliki, dan yang paling bahaya
adalah terhadap amal perbuatannya sendiri. Yang disebut terakhir Allah
menggambarkan dalam surat 49:17 bahwa orang yang ujub merasa telah memberikan
ni’mat (rezeki, sedekah) kepada orang lain dan merasa bangga disebut sebagai
yang menyedekahi. Dengan kata lain ia melakukan amal perbuatannya karena ingin
dilihat orang lain. Silakan dicek pula surat 7: 44 (bacaan para penghuni surga
ketika masuk surga).
6.
Takabbur, atau
sombong. Awal dari takabbur ini adalah sifat ujub. Bermula kagum pada diri
sendiri kemudian ia merendahkan orang lain. Cukup banyak ayat yang menerangkan
sifat takabbur ini. Lihat surat An-Nahl (16) : 22 – 25. Cara untuk
menghilangkan sifat ini adalah banyak berdzikir (kagum pada Allah).
7.
Ittiba’ul
Hawa, atau selalu mengikuti hawa nafsu. Orang yang
mengikuti hawa nafsu tidak mau dibatasi. Allah mengijinkan disalurkannya nafsu,
tetapi semua ada batasnya. Oleh karena itu fungsi kajian Tazkiyatun Nafs ini
adalah supaya nafsu tersalurkan sesuai porsinya.
Sarana Untuk Membersihkan Jiwa
1.
Sholat
Artinya: "Sesungguhnya
shalat dapat mencegah perbuatan keji dan
mungkar" (al-'Ankabut: 25)
mungkar" (al-'Ankabut: 25)
2.
Puasa
Artinya: "Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaawa." (al-Baqarah: 183)
Artinya: "Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaawa." (al-Baqarah: 183)
3.
Zakat
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى
Artinya: Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
(Q.S Al-lail : 18)
4.
Membaca Al-qur’an
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ
قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ
Artinya: "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
bertambahlah iman mereka (karenanya)." (al-Anfal: 2)
5.
Dzikir
الَّذِينَ
آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: " (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram." (Ar-ra'd: 28}
6.
Muhasabah
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok." (al-Hasyr: 18)
7.
Doa
اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ
خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا. رواه مسلم
Artinya : Ya Allah! Anugerahkanlah ketakwaan pada jiwaku, bersihkanlah ia,
Engkau adalah sebaik-baik yang membersihkan jiwa. Engkaulah Penguasa dan
Pemiliknya. (HR. Muslim.)
8.
Mengingat Kematian
أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا
خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ
فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ
Artinya: "Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan
bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dankemungkinan telah dekatnya
kebinasaan mereka ? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah
al-Qur'an itu?" (al-A'raf: 185)
9.
Amar Ma'ruf Dan Nahi munkar
10.
Jihad
Artinya : "Sesungguhnya Allah telah membeli orang-orang mu
'min, diri dan harta mereka dengan memberikan sorga untuk
mereka. Mereka berperang di jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh..." (at-Taubah: 111)
mereka. Mereka berperang di jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh..." (at-Taubah: 111)
11.
Melakukan Pelayanan Umum Atau Khusus Dan Tawadhu'
karena keduanya dapat menghapuskan kesombongan
dan 'ujub; atau memperkuat rasa kasih sayang dan lemah lembut.
dan 'ujub; atau memperkuat rasa kasih sayang dan lemah lembut.
12. Taubat
"Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh;
maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan." (al-Furqan: 70)
TujuanTakiyatunNafs
1.
Tathahhur (upaya
penyucian diri)
Yaitu upaya membersihkan jiwa mulai dari meninggalkan
segala keburukan yang telah dilakukan di masa lalu. Upaya ini dimulai dengan
taubatan nashuha, yaitu taubat dan berjanji tidak akan mengulangi lagi segala
kesalahan yang telah dilakukan seperti mengotori jiwa, dan hati. Misalnya,
berdusta, khianat, mengingkari janji, hasud, riya’, dan lain sebagainya. Dengan
cara mengosongkan diri dari segala perilaku buruk tersebut, jiwa akan terasa
kosong dari penyakit-penyakit hati tersebut.
2. Takhallaq (upaya menghiasi diri dengan
akhlak al karimah)
Setelah seseorang berusaha mensucikan
diri dari perbuatan kotor pada jiwanya, maka dia harus berupaya mengisi
kekosongan jiwanya itu dengan berbagai kebaikan dan akhlak yang mulia di mata
Allah. Semua sifat buruk yang telah di buang diganti dengan sifat baik seperti,
jujur, amanah, tawakal, sabar, tawadhu’, dan masih banyak sifat lain yang
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, bahkan untuk kehidupan di dunia
maupun di akhirat.
3. Tahaqquq (upaya merealisasikan kedudukan-kedudukan
mulia atau biasa disebut Maqomatul Qulub)
Hasil Dari
TaskiyatunNafs
1. Dhabtul-Lisan (lisan yang terkontrol)
Rasululloh menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat bagi lurusnya hati,
dan menjadikan lurusnya hati sebagai syarat lurusnya iman. Lisan akan selalu
dzikrulloh daripada menyuarakan hal-hal yang tidak bermanfaat akan berakibat
kerasnya hati. Jika seseorang beriman kepada Allah dan hari akhir maka orang
tersebut akan selalu berkata yang baik dan bermanfaat, dan jika dia tidak bisa
berkata baik dan bermanfaat maka dia akan diam. Dengan begitu maka ia akan
dapat mengontrol lisannya untuk selalu berkata yang baik dan bermanfaat.
2. Iltizam bi adabil ‘ilaqat (komitmen
dengan adab-adab pergaulan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar