Rabu, 06 Mei 2020

Hadits-Hadits Yang berkaitan Dengan Wabah

Wabah Tha'un (kolera) menyerang Negeri Syam Tahun 18 Hijriyah, dan jumlah yang meninggal pada saat itu 25.000 Orang, di antara yang meninggal adalah Sahabat Nabi, yaitu: 
- Yazid bin Abu Sufyan
- Muadz bin Jabbal
- Abu Ubaidah Bin jarrah
- Syurahbil bin Hasanah
- Al Fadl bin Al Abbas 
- Abu Malik al-Asy’ary, 
- Yazid bin Abi Sufyan, 
- al-Harits bin Hisyam, 
- Abu Jandal, 
- Suhail bin ‘Amar.
             
                   ***********



Adapun Beberapa Hadits Yang berkaitan dengan wabah adalah sebagai berikut:

1. Hadits tentang Apa itu Tho'un?
    Hadits Aisyah Radhiyallahu 'Anha


 وأخرج أحمد من حديث عائشة رضي الله عنها مرفوعاً: قلت: يا رسول الله فما الطاعون؟ قال:غدة كغدة الإبل، المقيم فيها كالشهيد، والفار منها كالفار من الزحف ”

زاد المعاد لابن القيم (4/38) والعين للخليل 2/209. وحديث عائشة: أنها قالت للنبي صلى الله عليه وسلم: ” الطعن قد عرفناه فما الطاعون “. أخرجه أحمد (6/145) وذكره الهيثمي في مجمع الزوائد (2/314)، وقال: رجال أحمد ثقات.

Aisyah Radhiyallahu 'Anha disebutkan pernah berkata kepada Rasulullah, "Adapun ta'n (tusukan dengan benda tajam) kami sudah tahu. Lalu, apa yang dimaksud dengan thaun?" Nabi menjawab, "Benjolan yang muncul seperti yang dialami oleh unta, tumbuh di bagian belakang ketiak dan sejenisnya." (HR Ahmad 6/145). 

b. Hadits Dalam Shahih Bukhari dan Muslim 

وأخرج مسلم من حديث عامر بن سعد أن رجلا سأل سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه عن الطاعون، فقال أسامة بن زيد رضي الله عنهما أنا أخبرك عنه، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” هو عذاب أو رجز أرسله الله على طائفة من بني إسرائيل أو ناس كانوا قبلكم، فإذا سمعتم به بأرض فلا تدخلوها عليه، وإذا دخلها عليكم فلا تخرجوا منها فراراً “
حديث أسامة بن زيد: ” هو عذاب أو رجز… ” أخرجه البخاري (فتح الباري 6/513)، ومسلم (4/1738)، واللفظ لمسلم.

Diriwayatkan, dari Amir bin Saad bin Abi Waqqash, dari ayahnya bahwa ia pernah mendengar sang ayah bertanya kepada Usamah bin Zaid, "Apa hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah berkaitan dengan wabah thaun?"
Usamah menjawab, "Rasulullah pernah bersabda: Wabah thaun adalah kotoran yang dikirimkan oleh Allah terhadap sebagian kalangan bani Israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu." (HR Bukhari 513-Muslim 1739)

2. Cara Menangani Penyebaran wabah
وروى البخاري عن ابن عباس: أن عمر بن الخطاب خرج إلى الشام حتى إذا كان بسرغ لقيه أمراء الاجناد، أبو عبيدة ابن الجراح وأصحابه.
فأخبروه أن الوباء قد وقع بأرض الشام.
قال ابن عباس فقال عمر: ادع لي المهاجرين الأولين، فدعاهم فاستشارهم، وأخبرهم أن الوباء قد وقع بالشام، فاختلفوا.
فقال بعضهم قد خرجنا لامر ولا نرى أن نرجع عنه، وقال بعضهم: معك بقية الناس وأصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم، ولا نرى أن تقدمهم على هذا الوباء فقال: ارتفعوا عني ثم قال: ادع لي الانصار فدعوتهم فلم يختلف منهم عليه رجلان، فقالوا نرى أن ترجع بالناس، ولا تقدمهم على هذا الوباء فنادى عمر في الناس: إني مصبح على ظهر، فأصبحوا عليه قال أبو عبيدة بن الجراح: أفرارا من قدر الله؟ فقال عمر: لو غيرك قالها يا أبا عبيدة؟ نعم نفر من قدر الله إلى قدر الله أرأيت لو كان لك إبل هبطت واديا له عدوتان إحداهما خصبة، والاخرى جدبة، أليس إن رعيت الخصبة رعيتها بقدر الله وإن رعيت الجدبة رعيتها بقدر الله؟ قال فجاء عبد الرحمن بن عوف وكان متغيبا في بعض حاجاته، فقال: إن عندي في هذا علما سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «إذا سمعتم به في أرض فلا تقدموا عليها، وإذا وقع بأرض وأنتم بها فلا تخرجوا فرارا منه» قال فحمد اللهَ عمرُ ثم انصرف.


Diriwayatkan, setelah Umar bin Khattab membuat keputusan untuk tidak mendatangi daerah yang dilanda wabah penyakit thaun di Syam, Abu Ubaidah bertanya kepadanya: "Wahai Amirul Mukminin, apakah ini lari dari takdir Allah?" tanya Abu Ubaidah.
Umar menjawab: "Mestinya orang selain engkau yang mengatakan itu, wahai Abu Ubaidah. Benar, ini lari atau berpaling dari takdir Allah ke takdir Allah yang lain. Tidakkah engkau melihat, seandainya saja engkau memiliki unta dan lewat di suatu lembah dan menemukan dua tempat untamu; yang pertama subur dan yang kedua gersang. Bukankah ketika engkau memelihara unta itu di tempat yang subur, berarti itu adalah takdir Allah. Demikian juga apabila engkau memeliharanya di tempat yang gersang, apakah itu juga takdir Allah?" tanya Umar.

b. Ketika Abu Ubaidah mempertanyakan keputusan Umar untuk tidak mendatangi daerah yang dilanda wabah penyakit thaun di Syam dan Umar menjawab keputusannya itu, datanglah Abdurrahman bin Auf. 

Abdurrahman lalu berkata, "Saya tahu tentang masalah ini. Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya."

3. Hadits Orang yang meninggal karena wabah maka dia syahid

وأخرج البخاري من حديث عائشة رضي الله عنها أنها سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون، فأخبرها نبي الله أنه كان عذاباً يبعثه الله على من يشاء فجعله الله رحمة للمؤمنين فليس من عبد يقع الطاعون فيمكث في بلده صابراً يعلم أنه لن يصيبه إلا ما كتبه الله له إلا كان له مثل أجر الشهيد
حديث عائشة: ” أنها سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون… “. أخرجه البخاري (10/192)

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, diriwayatkan dari Hafshah binti Sirin bahwa ia menceritakan, Anas bin Malik berkata, "Rasulullah bersabda: Orang yang mati karena wabah thaun adalah mati syahid."

والمراد بشهادة الميت بالطاعون أنه يكون له في الآخرة ثواب الشهيد، وأما في الدنيا فيغسل ويصلى عليه

(شرح الأبي على صحيح مسلم 6/37).
dalam hadits lain disebutkan
أخرج أحمد بسند حسن عن عتبة بن عبد السلمي رفعه ” يأتي الشهداء والمتوفون بالطاعون، فيقول أصحاب الطاعون: نحن الشهداء، فيقال: انظروا فإن كانت جراحهم كجراح الشهداء تسيل دماً وريحها كريح المسك فهم شهداء، فيجدونهم كذلك ”
حديث عتبة بن عبد السلمي: ” يأتي الشهداء والمتوفون بالطاعون… ” أخرجه أحمد (4/185)، وحسنه ابن حجر في فتح الباري (10/194).

********
ISTIFADAH
Di dalam kitab al-Isya’ah li Asyrot al-Sa’ahyang ditulis oleh al-‘Allamah al-Muhaqqiq Muhammad bin Rasul al-Husaini (1040 H- 1103 H) disebutkan bahwa tho’un  yang paling berbahaya dalam Islam ada lima, yaitu.
1.  Tho’un  Syirawaih, kejadian ini pada masa Nabi Muhammad  
2. Tho’un  ‘Amwas pada masa Umar bin Khattab. Tahun 17 H/18 H

3. Tho’un  al-Jarif, terjadi pada Ibnu Zubair 69 H. 
Sebagian ulama mengatakan, bahwa tho’un  ini dinamakan dengan Jarif, karena ia menyapu manusia sebagaimana banjir besar menyapu bersih tanah-tanah. Ibnu Katsir menerangkan hari pertama masyarakat di Bashra yang meninggal sebanyak 70 ribu, hari keduanya meninggal 70 ribu, hari ketiga 73 ribu, sedangkan pada hari keempatnya seakan-akan semua manusia itu meninggal, kecuali sedikit saja yang masih hidup.
Al-Hafidz Abu Nu’aim al-Ashfahani saksi sejarah pada saat itu menerangkan, pada awalnya kami mendatangi setiap kabilah-kabilah, jika ada yang meninggal kami tetap menguburkannya, namun ketika sudah banyak sekali yang meninggal, kami pun tak sanggup untuk menguburkan. Sehingga setiap kami memasuki rumah, kami menemukan penghuninya sudah tergeletak di depan pintu.
4. Tho’un  Fatayat, terjadi pada tahun 87H. 
pada saat itu mayoritas para gadis-gadis yang menjadi korbannya, sehingga dinamakan penyakit tersebut dengan Tho’un  al-Fatayat, yang bermakna para pemudi.
Ibnu Abi al-Dunya menerangkan di dalam kitabnya al-I’tibar, bahwa ada seorang laki-laki arab bersama 10 orang anak gadisnya datang ke Bashra, hanya berselang beberapa hari saja 10 orang anak gadisnya itu langsung meninggal dunia. Begitulah gambarannya wabah tho’un  pada saat itu.
5. Tho’un  al-Asyraf.
dinamakan dengan Tho’un  al-Asyraf, karena pada peristiwa ini di antara korban yang meninggal, mayoritasnya adalah manusia-manusia yang terhormat.
Kemudian terus berlanjut pada tahun 100 H dinamai dengan Tho’un  ‘Ady bin Arthah, 
berlanjut pada tahun 107 H terjadi Tho’un  di Syam, 
kemudian pada tahun 115 H juga terjadi di Syam, 
kemudian pada tahun 127 H  terjadi Tho’un  Ghurab. Artinya pada masa tersebut umat Islam memang diuji betul keimanan dan kesabaranya dalam menghadapi berbagai tho’un  yang terjadi dari tahun ke tahun berikutnya.
Kemudian pada bulan Rajab tahun 131 H terjadi Tho’un  Muslim bin Quthaibah, terus berlanjut ke Sya’ban dan Ramadhan, kemudian wabah ini berkurang pada bulan Syawwal. Wabah ini memakan korban sebanyak hampir 1000 orang perhari.
Semua wabah tho’un  tersebut, kebanyakannya terjadi pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Kemudian wabah penyakit tho’un  pada masa itu bukan hanya sekedar di daerah Syam saja. 
Kemudian pada masa Bani ‘Abbasiyah wabah tho’un  sudah sangat berkurang, uniknya sebagian pemimpin-pemimpin mereka berpidato di Syam : “Bersyukurlah kepada Allah yang telah menghilangkan wabah penyakit tho’un  dari kalian semenjak kami yang menjadi pemimpin”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar