19. Hukum Umrah Dibulan Ramadhan
Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam bersabda:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوسُفَ ، أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ ، عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ
أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ،
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ
كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ
الْجَنَّةُ.
Artinya: Dari Abu
Hurairah
radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Antara satu umrah dengan umrah berikutnya adalah penghapus dosa antara keduanya. Sementara haji mabrur tak ada balasannya kecuali surga”. (HR. Al-Bukhari no. 1773 & Muslim no. 1349)
“Antara satu umrah dengan umrah berikutnya adalah penghapus dosa antara keduanya. Sementara haji mabrur tak ada balasannya kecuali surga”. (HR. Al-Bukhari no. 1773 & Muslim no. 1349)
Nabi Shollallahu ‘Alaihi Was Sallam juga bersabda:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنِ ابْنِ
جُرَيْجٍ عَنْ عَطَاءٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما -
يُخْبِرُنَا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - لاِمْرَأَةٍ
مِنَ الأَنْصَارِ سَمَّاهَا ابْنُ عَبَّاسٍ ، فَنَسِيتُ اسْمَهَا « مَا مَنَعَكِ
أَنْ تَحُجِّى مَعَنَا » . قَالَتْ كَانَ لَنَا نَاضِحٌ فَرَكِبَهُ أَبُو فُلاَنٍ
وَابْنُهُ - لِزَوْجِهَا وَابْنِهَا - وَتَرَكَ نَاضِحًا نَنْضَحُ عَلَيْهِ قَالَ
«فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ
حَجَّةٌ » . أَوْ نَحْوًا مِمَّا قَالَ .
Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bertanya pada seorang wanita, “Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji
bersama kami?” Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi
minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan
anaknya –ditunggangi suami dan anaknya-. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi
minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Lantas
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena
umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari no. 1782, 5913 dan
Muslim no. 1256, ini lafadz Bukhari).
Dalam lafazh Muslim disebutkan,
أَخْبَرَنِي عِمْرَانُ بْنُ يَزِيدَ بْنِ خَالِدٍ ،
قَالَ : حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي ابْنُ جُرَيْجٍ ، قَالَ :
أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ ، قَالَ : سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ ، يُخْبِرُنَا ، قَالَ :
قَالَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاِمْرَأَةٍ مِنَ
الأَنْصَارِ : إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي فِيهِ ، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ
تَعْدِلُ حَجَّةً.
Artinya: Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu ia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada seorang wanita anshor: “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena
umrah Ramadhan senilai dengan haji.” “Umrah
pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.” (HR.
Muslim no. 1256)
Imam
Nawawi rahimahullah
berkata, “Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala
haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan.
Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan
Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi.”(Syarh Shahih
Muslim, 9:2)
20. Hukum Mengkhatam Qur'an Dibulan Ramadhan
Allah Subuhanahu
Wata'la berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ
وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً
يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca
kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang
Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka
itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (Q.S Al- Faathir ayat 29 )
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Bersabda:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ ، قَالَ :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الحَنَفِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ
عُثْمَانَ ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى ، قَالَ : سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ كَعْبٍ
القُرَظِيَّ يَقُولُ : سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ مَسْعُودٍ ، يَقُولُ : قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ
كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا ، لاَ
أَقُولُ الْم حَرْفٌ ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
Artinya: Dari Abduallah
Bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu , Rasulullah
Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam Bersabda: barang siap yang membaca satu hurf dari kitab Allah
maka dia akan mendapatkan satu kebaikan, dan dilipat gandakan menjadi sepuluh,
saya tidak mengatakan الْم itu satu
huruf, akan tetapi aliif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu
huruf".(HR Tirmidzi no 2910, Dishohihkan Oleh Syekh Al-Bany)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Bersabda:
حَدَّثَنِى إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ
شَيْبَانَ عَنْ يَحْيَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَوْلَى بَنِى
زُهْرَةَ عَنْ أَبِى سَلَمَةَ قَالَ
وَأَحْسِبُنِى قَالَ - سَمِعْتُ أَنَا مِنْ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم- « اقْرَإِ
الْقُرْآنَ فِى شَهْرٍ » . قُلْتُ إِنِّى أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ «
فَاقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ »
Artinya: selesaikanlah bacaan al-qur'an dalam waktu sebulan, ibnu
umar menjawab: saya kuat lebih dari itu, sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab, maka selesaikanlah selama seminggu dan jangan tambah
lebih dari itu. (HR Bukhari no 1152,1978,6277 dan Muslim no 1159)
حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الصَّمَدِ ، أَخْبَرَنَا هَمَّامٌ ، أَخْبَرَنَا قَتَادَةُ ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ
عَبْدِ اللهِ ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو ، أَنَّهُ قَالَ : يَا رَسُولَ
اللهِ ، فِي كَمْ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ ؟ قَالَ : فِي شَهْرٍ ، قَالَ : إِنِّي
أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ ، يُرَدِّدُ الْكَلاَمَ أَبُو مُوسَى ، وَتَنَاقَصَهُ حَتَّى
قَالَ : اقْرَأْهُ فِي سَبْعٍ ، قَالَ : إِنِّي أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ ، قَالَ : لاَ
يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَهُ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ.
Artinya: ibnu umar
berkata: wahai Rasulullah (Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam)! Berapa lama saya harus menyelesaikan bacaan
al-qur;an? selesaikanlah bacaan al-qur'an dalam waktu sebulan, ibnu
umar menjawab: saya kuat lebih dari itu, diulang terus perkataan itu oleh ibnu
umar, sedang disitu ada abu musa yang ikut bersamanya, sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab, maka selesaikanlah selama seminggu, ibnu umar
menjawab: saya kuat lebih dari itu, dan jangan tambah lebih dari itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab: tidak akan
bisa memahami (bacaannya )orang yang membaca al-qur;an kurang dari tiga hari. (HR Abu Daud no 1392, Dishohihkan Oleh Syekh
Al-Bany)
Dari keterangan
hadits-hadits diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hendaknya kita
berlomba-lomba untuk mengkhtamkan Al-qur'an sebanyak-banyaknya selama bulan
ramadhan. Dan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
memberikan batasan maksimal cepatnya membaca yaitu satu kali setiap 3 hari atau
selama ramadhon bias mengkhatam 10 kali.
ISTIFADAH:
Para salaf kita sangat memperhatikan amalan bulan
ramadhan, terutama membaca dan mengkhatam al-qur'an didalamnya. seperti:
1.
Disebutkan dalam Hilyah
Al Auliya (2/224): " Bahwa Aswad bin Yazid An Nakha’i Al Kufi beliau
mengkhatamkan Al Qur`an dalam bulan Ramadhan setiap dua hari, dan beliau tidur
hanya di waktu antara maghrib dan isya, sedangkan di luar Ramadhan beliau
menghatamkan Al Qur`an dalam waktu 6 hari".
2.
Didalam kitab Al
Hilyah, 2/228 disebutkan: "Bahwa Qatadah bin Diamah (tabi’in), dalam
hari-hari biasa beliau menghatamkan Al Qur`an sekali tiap pekan, akan tetapi
tatkala Ramadhan tiba beliau menghatamkan Al Qur`an sekali dalam tiga hari, dan
apabila datang sepuluh hari terakhir beliau menghatamkannya sekali dalam
semalam".
3.
Didalam kitab Al
Hilyah 10/302 juga disebutkan :
" Bahwa Abu Al Abbas Atha’ termasuk yang luar biasa dalam tilawah. Di
hari-hari biasa ia menghatamkan Al Qur`an sekali dalam sehari. Tapi di bulan
Ramadhan, Abu Al Abbas mampu menghatamkan 3 kali dalam sehari".
4.
Didalam Mir’ah Al
Jinan, Al Yafi’i menyebutkan sebuah riwayat, bahwa di suatu saat Said bin
Jubair membaca Al Qur`an di Al Haram, lalu beliau berkata kepada Wiqa’ bin Abi
Iyas pada bulan Ramadhan: “Pegangkan Mushaf ini”, dan ia tidak pernah beranjak
dari tempat duduknya itu, kacuali setelah menghatamkan Al Qur`an".
Beliau juga pernah mengatakan: “Jika sudah masuk
sepuluh hari terakhir, aku melakukan mujahadah yang hampir tidak mampu aku
lakukan.
Beliau juga menasehati: “Di malam sepuluh terakhir,
jangan kalian matikan lentera.” Maksudnya, agar umat Islam menghidupkan
malamnya dengan membaca Al Qur`an.
5.
Hisham bin Hassan
bercerita, bahwa di bulan Ramadhan, Manshur bin Zadan mampu menghatamkan Al
Qur`an di antara shalat Maghrib dan Isya’, hal itu bisa beliau lakukan dengan
cara mengakhirkan shalat Isya hingga seperempat malam berlalu. Dalam hari-hari
biasapun beliau mampu menghatamkan Al Qur`an sekali dalam sahari semalam.
(lihat Al Hilyah, 3/57).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar