80. Berapa Raka'at Shalat Tarawih?
Untuk masalah berapa jumlah rakaat shalat tarawih?
maka para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. ada yang mengatakan 11 rakaat,
dan ada yang mengatakan 23 rakaat. dan ada juga yag selain itu.
Adapun
Yang menjadi Sebab adanya perbedaan dalam masalah ini adalah, tidak adanya
penjelasan batasan yang pasti dari Rasulullah Shollalllahu 'Alaihi Wasallam
tentang jumlah rakaat sahalat tarawih.
Pertama: Shalat tarawih
adalah 11 rakaat, ini berdasarkan
1. Hadits Aisyah radiyallahu anha:
حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ يَحْيَى، قَالَ: قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ
الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّهُ سَأَلَ
عَائِشَةَ، كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي رَمَضَانَ؟ قَالَتْ: مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ، وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً،
يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ
يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ
يُصَلِّي ثَلَاثًا، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَتَنَامُ
قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ، فَقَالَ: «يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ، وَلَا
يَنَامُ قَلْبِي»
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengerjakan shalat (lail) baik di dalam bulan ramadhan maupun di luar ramadhan
tidak pernah lebih dari 11 rakaat." (HR. Al-Bukhari no. 1147 dan Muslim
no. 738)
2. Dari Saaib bin Yazid beliau berkata:
أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ
مَالِكٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ، عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ:
أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيمًا الدَّارِيَّ أَنْ
«يَقُومَا، لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً»
Artinya: “Umar bin Al-Khaththab memerintahkan
pada Ubai bin Ka’b dan Tamim Ad-Dari untuk memimpin shalat berjamaah sebanyak
11 rakaat.” (HR. Al-Imam Malik, lihat Al-Muwaththa Ma’a Syarh Az-Zarqani, 1/361
no. 249, juga H.R An-nasa'I nomor 4670)
3. Disebutkan
dalam Muwaththo’ Imam Malik riwayat sebagai berikut:
وَحَدَّثَنِى
عَنْ مَالِكٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ أَنَّهُ
قَالَ أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَىَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيمًا الدَّارِىَّ
أَنْ يَقُومَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً قَالَ وَقَدْ كَانَ
الْقَارِئُ يَقْرَأُ بِالْمِئِينَ حَتَّى كُنَّا نَعْتَمِدُ عَلَى الْعِصِىِّ مِنْ
طُولِ الْقِيَامِ وَمَا كُنَّا نَنْصَرِفُ إِلاَّ فِى فُرُوعِ الْفَجْرِ.
Artinya: Telah menceritakan kepadaku dari Malik
dari Muhammad bin Yusuf dari As-Sa`ib bin Yazid dia berkata, “Umar bin
Khatthab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Dari untuk mengimami
orang-orang, dengan sebelas rakaat.” As Sa`ib berkata, “Imam
membaca dua ratusan ayat, hingga kami bersandar di atas tongkat karena sangat
lamanya berdiri. Dan kami tidak keluar melainkan di ambang fajar.” (HR.
Malik dalam Al Muwaththo’ 1/115).
Syaikh
Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[1]
Inilah yang menjadi sunnah Rasulullah Shollallahu 'Alaihi
wasallam. yaitu, melaksanakan shalat malam, baik itu shalat tahajjud ataupun
shalat tarawih sebanyak 11 rakaat, 8 rakaat sahalat tarawihnya kemudian 3
rakaat shalat witir.
Dan ini merupakan paling utama dari yang lainya. karena
inilah yang menjadi perbuatan Rasulullah Shollalllahu 'Alaihi Wasallam yang
beliau lakukan secara dawaam (selalu)
Kedua: Shalat tarawih adalah 23 rakaat, ini
berdasarkan
Mengenai shalat tarawih yang 23 rakaat ini,
para ulama berbeda pendapat didalam status haditsnya, apakah shohih atau dhoif.
1. Hadits tentang shalat tarawih 23 rakaat adalah
dho'if. adapun hadits-hadits nya adalah sebagai berikut:
Hadits 1:
Perkataan Yazid bin Ruman,
كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَرَ
بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً .
Artinya: “Pada zaman Umar bin Al Khathab dulu,
orang orang qiyamullail pada bulan Ramadhan dengan 23 rakaat.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Malik (233),
Al Baihaqi dalam Asy Syu’ab(3123), dan Al Firyabi dalam Ash Shiyam (160).
-
Tentang
hadits Yazid bin Ruman ini, Ibnu Hajar berkata, “Dan sanadnya dha’if.”[ Ad
Dirayah 1/203]
-
Imam An
Nawawi dan Az Zaila’I menukil dari Al Baihaqi, “Dan Yazid bin Ruman tidak
bertemu dengan Umar.”
-
Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani juga mendha’ifkan hadits ini dalam Irwa` Al
Ghalil (445). Al Albani berkata, “Hadits ini dha’if karena terputus
(munqathi’).”
Hadits Kedua, Imam Ath Thabarani dan Ibnu Abi Syaibah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي رَمَضَانَ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرَ .
Artinya: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
shalat malam pada bulan Ramadhan dua puluh rakaat ditambah witir.”[ Al
Mu’jam Al Kabir (11934), Al Mu’jam Al Wasith (810 & 5598), dan Al Mushannaf
(227/13)]
-
Hadits
ini didha’ifkan oleh Imam Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawa`id (5018), Ibnu
Hajar dalam Ad Dirayah fi Takhrij Ahadits Al Hidayah (257), Az Zaila’i
dalamNashbu Ar Rayah, Al Albani dalam Irwa` Al Ghalil (445).
Hadits ketiga: Dalam Qiyam Ramadhan, Imam Al Marwazi
meriwayatkan dari seorang tabi’in yang mulia, Muhammad bin Ka’ab Al Qurazhi
كَانَ
النَّاسُ يُصَلُّوْنَ فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
فِي رَمَضَانَ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً يُطِيْلُوْنَ فِيْهَا الْقِرَاءَةَ
وَيُوْتِرُوْنَ بِثَلَاثٍ .
Artinya: “Orang orang pada zaman Umar bin Al
Khathab Radhiyallahu ‘Anhu shalat malam pada bulan Ramadhan sebanyak 20 rakaat.
Mereka memanjangkan bacaannya, dan witir dengan tiga rakaat.”[
Qiyam Ramadhan/21]
Tetapi,
ini hadits munqathi’ alias lemah. Sebab, Muhammad bin Ka’ab tidak berjumpa
dengan Umar bin Al Khathab. Dia dilahirkan pada masa kekhalifahan Ali bin
Thalib.
Hadits Ke-Empat: diriwayatkan Imam Ibnu Abi Syaibah dari Abdul
Aziz bin Rafi’,
كَانَ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ يُصَلِّي بِالنَّاسِ
فِي رَمَضَانَ بِالْمَدِيْنَةِ عِشْرِيْنَ رَكْعَةً وَيُوْتِرُ بِثَلَاثٍ .
Artinya: “Ubay bin Ka’ab shalat (tarawih)
mengimami orang orang pada bulan Ramadhan di Madinah sebanyak 20 rakaat dan
witir tiga rakaat.”[ Al Mushannaf 227/5]
Hadits ini juga lemah, karena Abdul Aziz bin
Rafi’ yang meninggal pada tahun 130 H dalam usia 90 tahun ini tidak mengalami
masa Ubay maupun Umar.
2. Hadits tentang shalat tarawih 23 rakaat adalah
Shohih. dan inilah yang rojih, berdasarkan hadits-hadits dibawah ini:
Hadits 1: Dalam
Musnad ‘Ali bin Al Ja’d terdapat riwayat sebagai berikut.
حدثنا
علي أنا بن أبي ذئب عن يزيد بن خصيفة عن السائب بن يزيد قال : كانوا يقومون على
عهد عمر في شهر رمضان بعشرين ركعة وإن كانوا ليقرءون بالمئين من القرآن
Artinya: Telah menceritakan kepada kami ‘Ali,
bahwa Ibnu Abi Dzi’b dari Yazid bin Khoshifah dari As Saib bin Yazid, ia
berkata, “Mereka melaksanakan qiyam lail di masa ‘Umar di bulan Ramadhan sebanyak
20 raka’at. Ketika itu mereka membaca 200 ayat Al Qur’an.” (HR. ‘Ali
bin Al Ja’d dalam musnadnya, 1/413)
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa
riwayat ini shahih.[2]
Hadits
kedua: Riwayat
‘Abdur Rozaq dalam Mushonnafnya (4/260).
عن داود
بن قيس وغيره عن محمد بن يوسف عن السائب بن يزيد أن عمر جمع الناس في رمضان على
أبي بن كعب وعلى تميم الداري على إحدى وعشرين ركعة يقرؤون بالمئين وينصرفون عند
فروع الفجر
Artinya: Dari Daud bin Qois dan selainnya, dari
Muhammad bin Yusuf, dari As Saib bin Yazid, ia berkata bahwa ‘Umar pernah
mengumpulkan manusia di bulan Ramadhan, Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Daari yang
menjadi imam dengan mengerjakan shalat 21 raka’at. Ketika itu mereka membaca
200 ayat. Shalat tersebut baru bubar ketika menjelang fajar.
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih.
Hadits ketiga: Riwayat
Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya (2/163).
حدثنا وكيع عن مالك بن أنس عن يحيى بن سعيد أن
عمر بن الخطاب أمر رجلا يصلي بهم عشرين ركعة
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Waki’,
dari Malik bin Anas, dari Yahya bin Sa’id, ia berkata, “’Umar bin Al Khottob
pernah memerintah seseorang shalat dengan mereka sebanyak 20 raka’at.”
Keempat: Atsar Atho’ (seorang tabi’in) yang dikeluarkan
dalam Mushonnaf Ibni Abi Syaibah (2/163).
حدثنا بن
نمير عن عبد الملك عن عطاء قال أدركت الناس وهم يصلون ثلاثة وعشرين ركعة بالوتر
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu
Numair, dari ‘Abdul Malik, dari ‘Atho’, ia berkata, “Aku pernah menemukan
manusia ketika itu melaksanakan shalat malam 23 raka’at dan sudah termasuk
witir di dalamnya.”
Syaikh
Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[3]
Kelima: Atsar
dari Ibnu Abi Mulaikah yang dikeluarkan dalam Mushonnaf Ibni Abi Syaibah
(2/163).
حدثنا وكيع عن نافع بن عمر قال كان بن أبي مليكة
يصلي بنا في رمضان عشرين ركعة
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Waki’
dari Nafi’ bin ‘Umar, ia berkata, “Ibnu Abi Mulaikah shalat bersama kami di
bulan Ramadhan sebanyak 20 raka’at”.
Syaikh
Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[4]
Ke-enam: Atsar
dari ‘Ali bin Robi’ah yang dikeluarkan dalam Mushonnaf Ibni Abi Syaibah
(2/163).
حدثنا
الفضل بن دكين عن سعيد بن عبيد أن علي بن ربيعة كان يصلي بهم في رمضان خمس ترويحات
ويوتر بثلاث
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al
Fadhl bin Dakin, dari Sa’id bin ‘Ubaid, ia berkata bahwa ‘Ali bi Robi’ah pernah
shalat bersama mereka di Ramadhan sebanyak 5 kali duduk istirahat (artinya: 5 x
4 = 20 raka’at), kemudian beliau berwitir dengan 3 raka’at.
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa
riwayat ini shahih.[5]
Ke-tujuh: Atsar
dari ‘Abdurrahman bin Al Aswad yang dikeluarkan dalam Mushonnaf Ibni Abi
Syaibah (2/163).
حدثنا
حفص عن الحسن بن عبيد الله قال كان عبد الرحمن بن الأسود يصلي بنا في رمضان أربعين
ركعة ويوتر بسبع
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hafsh,
dari Al Hasan bin ‘Ubaidillah, ia berkata bahwa dulu ‘Abdurrahman bin Al Aswad
shalat bersama kami di bulan Ramadhan sebanyak 40 raka’at, lalu beliau berwitir
dengan 7 raka’at.
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa
riwayat ini shahih.[6]
Kedelapan: Atsar
tentang shalat tarawih di zaman ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz yang dikeluarkan
dalam Mushonnaf Ibni Abi Syaibah (2/163).
حدثنا بن
مهدي عن داود بن قيس قال أدركت الناس بالمدينة في زمن عمر بن عبد العزيز وأبان بن
عثمان يصلون ستةة وثلاثين ركعة ويوترون بثلاث
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu
Mahdi, dari Daud bin Qois, ia berkata, “Aku mendapati orang-orang di Madinah di
zaman ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dan Aban bin ‘Utsman melaksanakan shalat malam
sebanyak 36 raka’at dan berwitir dengan 3 raka’at.
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa
riwayat ini shahih.[7]
Kesembilan:
حدثنا
علي أنا بن أبي ذئب عن يزيد بن خصيفة عن السائب بن يزيد قال : كانوا يقومون على
عهد عمر في شهر رمضان بعشرين ركعة وإن كانوا ليقرءون بالمئين من القرآن
Artinya: Telah menceritakan kepada kami ‘Ali,
bahwa Ibnu Abi Dzi’b dari Yazid bin Khoshifah dari As Saib bin Yazid, ia
berkata, “Mereka
melaksanakan qiyam lail di masa ‘Umar di bulan Ramadhan sebanyak
20 raka’at. Ketika itu mereka membaca 200 ayat Al Qur’an.”
(HR. ‘Ali bin Al Ja’d dalam musnadnya, 1/413)
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa
riwayat ini shahih.( Adadu Raka’at Qiyamil
Lail, hal. 36.)
Istifadah:
As-Sarkhasi,
beliau termasuk tokoh dalam mazhab Hanafi, berkata: “Sesungguhnya (shalat
malam) dalam (mazhab) kami adalah dua puluh rakaat selain witir.”
(Al-Mabsuth, 2/145)
An-Nawawi
berkata: “Shalat Tarawih adalah sunnah menurut ijma (konsensus) para ulama.
Dalam mazhab kami (shalat Tarawih) adalah dua puluh rakaat dengan sepuluh kali
salam dan dibolehkan (pelaksanaannya) sendiri atau berjama’ah.” (Al-Majmu,
4/31)
Tarjih:
Para
sahabat di zaman ‘Umar bin Khottob radhiyallahu 'anhu kadangkala mereka
melaksanakan 11 raka’at, dan kadangkala mereka melaksanakan 23 raka’at .
-
Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro
mengatakan: “Dan mungkin saja kita
menggabungkan dua riwayat, kita katakan bahwa dulu para sahabat terkadang
melakukan shalat tarawih sebanyak 11 raka’at. Di kesempatan lain, mereka
lakukan 20 raka’at ditambah witir 3 raka’at.”[8]
-
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata didalam kitabnya Fathul Bari, 4/253
: “Kompromi antara riwayat (yang
menyebutkan 11 dan 23 raka’at) amat memungkinkan dengan kita katakan bahwa
mereka melaksanakan shalat tarawih tersebut dilihat dari kondisinya. Kita bisa
memahami bahwa perbedaan (jumlah raka’at tersebut) dikarenakan kadangkala
bacaan tiap raka’atnya panjang dan kadangkala pendek. Ketika bacaan tersebut
dipanjangkan, maka jumlah raka’atnya semakin sedikit. Demikian sebaliknya.
Inilah yang ditegaskan oleh Ad Dawudi dan ulama lainnya.”
Ketiga: Shalat tarawih adalah 36 rakaat, ini
berdasarkan
Ibnu Qudamah berkata: “Yang dipilih menurut Abu
Abdullah (yakni Imam Ahmad) rahimahullah dalam (shalat malam) adalah dua
puluh rakaat. Pendapat juga dipilih oleh Ats-Tsauri, Abu Hanifah dan
Asy-Syafi’i. Sedangkan Imam Malik mengatakan: Tiga puluh enam (rakaat).”
(Al-Mughni, 1/457)
Keempat: Shalat tarawih adalah 39 rakaat, ini
berdasarkan
Imam Asy Syafi’i dalam Berkata: “Aku melihat
orang orang shalat tarawih di Madinah sebanyak 39 rakaat. Tetapi aku lebih
menyukai 20 rakaat (tidak termasuk witir). Demikianlah yang dilakukan orang
orang di Makkah.” (Qiyam Ramadhan/Imam Al Marwazi/Hlm 21)
LALU
MANA YANG ROJIH?
Setelah kami menjelaskan perbedaan pendapat
para ulama didalam jumlah rakaat shalat tarawih beserta dalil mereka
masing-masing, maka yang rojih adalah
boleh melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat, atau 23 rakaat atau 36 rakaat atau
lebih dari itu, berdasarkan dalil:
1. Hadits Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam:
وحَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى،
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرٌو، أَنَّ ابْنَ شِهَابٍ،
حَدَّثَهُ أَنَّ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، وَحُمَيْدَ بْنَ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، حَدَّثَاهُ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ، أَنَّهُ قَالَ: قَامَ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ
صَلَاةُ اللَّيْلِ؟ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ
بِوَاحِدَةٍ»
Artinya: “Shalat malam itu dua raka’at-dua
raka’at, jika kamu takut masuk waktu shubuh maka witirlah satu raka’at.” (HR.
Muslim no.749)
Didalam hadits ini tidak ditentukan berapa
rakaat, hanya dijelaskan dilaksanakan dengan cara dua rakaat-dua rakaat.
2. Perbuatan khalaifah umar bin khattab yang
menyuruh Umar bin Al-Khaththab memerintahkan pada Ubai bin Ka’b dan Tamim
Ad-Dari untuk memimpin shalat berjamaah sebanyak 11 rakaat.
Istifadah:
-
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata, “Semua jumlah raka’at di atas boleh dilakukan. Melaksanakan shalat
malam di bulan Ramadhan dengan berbagai macam cara tadi itu sangat bagus. Dan
memang lebih utama adalah melaksanakan shalat malam sesuai dengan kondisi para
jama’ah. Kalau jama’ah kemungkinan senang dengan raka’at-raka’at yang panjang,
maka lebih bagus melakukan shalat malam dengan 10 raka’at ditambah dengan witir
3 raka’at, sebagaimana hal ini dipraktekkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sendiri di bulan Ramdhan dan bulan lainnya. Dalam kondisi seperti itu,
demikianlah yang terbaik. Namun apabila para jama’ah tidak mampu melaksanakan
raka’at-raka’at yang panjang, maka melaksanakan shalat malam dengan 20 raka’at
itulah yang lebih utama. Seperti inilah yang banyak dipraktekkan oleh banyak
ulama. Shalat malam dengan 20 raka’at adalah jalan pertengahan antara jumlah
raka’at shalat malam yang sepuluh dan yang empat puluh. Kalaupun seseorang
melaksanakan shalat malam dengan 40 raka’at atau lebih, itu juga diperbolehkan
dan tidak dikatakan makruh sedikit pun. Bahkan para ulama juga telah menegaskan
dibolehkannya hal ini semisal Imam Ahmad dan ulama lainnya. Oleh karena itu,
barangsiapa yang menyangka bahwa shalat malam di bulan Ramadhan memiliki
batasan bilangan tertentu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga tidak
boleh lebih atau kurang dari 11 raka’at, maka sungguh dia telah keliru.”
(Majmu’ Al Fatawa, 22/272)
-
Beliau juga (Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah ) berkata: “Ia
boleh shalat 20 rakaat sebagaimana yang masyhur dalam mazhab Ahmad dan Syafi’i.
Boleh shalat 36 rakaat sebagaimana yang ada dalam mazhab Malik. Boleh shalat 11
dan 13 rakaat. Semuanya baik, jadi banyak atau sedikitnya rakaat tergantung
lamanya bacaan atau pendeknya.” (Majmu’ al-Fatawa 23/113)
-
Al Baaji
rahimahullah mengatakan, “Boleh jadi ‘Umar memerintahkan para sahabat untuk
melaksanakan shalat malam sebanyak 11 raka’at. Namun beliau memerintahkan
seperti ini di mana bacaan tiap raka’at begitu panjang, yaitu imam sampai
membaca 200 ayat dalam satu raka’at. Karena bacaan yang panjang dalam shalat
adalah shalat yang lebih afdhol. Ketika manusia semakin lemah, ‘Umar kemudian
memerintahkan para sahabat untuk melaksanakan shalat sebanyak 23 raka’at, yaitu
dengan raka’at yang ringan-ringan. Dari sini mereka bisa mendapat sebagian
keutamaan dengan menambah jumlah raka’at.” (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah,
27/142)
Peringatan:
Dikarenakan ini adalah masalah khilaf, maka:
1. Bagi yang memilih untuk melaksanakan shalat
tarawih hanya 11 rakaat tidak boleh mengingkari orang yang menambah
(rakaat Tarawih) dari sebelas rakaat dan membid’ahkan prilakunya.
2. Dan bagi yang memilih untuk melaksanakan shalat
tarawih 23 rakaat tidak boleh
mengingkari orang yang hanya menunaikan sebelas rakaat dan mengatakan,
'Mereka telah menyalahi ijma’ (konsensus para ulama’).”
Karena permasalahan ini semuanya berdasarkkan
dalil hanya saja yang 11 rakaat adalah lebih utama karena itulah yang sering
dilakukan oleh Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam, seperti yang ada dalam
Hadits 'Aisyah Radhiyallahu Anha:
مَا كَانَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ، وَلَا فِي غَيْرِهِ
عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسْأَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسْأَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا، فَقَالَتْ عَائِشَةُ:
فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ، فَقَالَ: «يَا
عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ، وَلَا يَنَامُ قَلْبِي»
Artinya: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat (lail) baik di dalam bulan
ramadhan maupun di luar ramadhan tidak pernah lebih dari 11 rakaat." (HR. Al-Bukhari no. 1147 dan Muslim no. 738)
Jika
yang melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat bergabung dengan yang 23 rakaat
sejak dari awal shalat, maka lebih utama baginya untuk menyelesaikan shalatnya
beserta imam tersebut sampai 23 takaat. agar ia termasuk didalam Hadits
Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam:
يَا رَسُولَ اللهِ، لَوْ نَفَّلْتَنَا قِيَامَ
هَذِهِ اللَّيْلَةِ. قَالَ: «إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى
يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ»
Artinya: Abu Dzar berkata : kalau saja engkau
menjadikan shalat malam ini sebagai sunnah untuk kami! Rasulullah Shollallahu
'Alalaihi Wasallam Bersabda: “Sesungguhnya seseorang apabila shalat
bersama imam sampai selesai maka terhitung baginya (makmum) qiyam satu malam
penuh.” (H.R An-Nasa'i no 1289)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar