Jumat, 16 Desember 2016

MAKALAH SEPUTAR TAZKIYATU AN-NAFSI



MAKALAH SEPUTAR TAZKIYATU AN-NAFSI
 
PENGERTIAN TAZKIYATUNNAFS

Tazkiyatun nafs berasal dari dua buah kata yaitu Tazkiyatun dan An-nafs. Tazkiyah berasal dari akar kata (Zakaa Yazku-Zakaa & Zakatan) yang berarti Nama (baca: Tumbuh) dan Zada (baca: Bertambah). Zakaa juga bisa berarti Solaha (baca;baik)dan ia juga berarti Barokah (baca: banyak kebaikannya), disamping itu juga berarti Thaharoh / Suci bersih. (lihat Al-Mu’jamul Wasith, hal 396).
Sedang bentuk kata Tazkiyah dari kata Zaka yang diberi tambahan huruf kaf, sehingga menjadi Zakka-Yuzakki-Tazkiyatan yang berarti menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, membersihkan, mensucikan dan menjadikannya jadi baik serta bertambah baik.
Kata An-Nafs bisa berarti ruh/nyawa/jiwa, seperti dalam ayat “Keluarkanlah Ruh mu”. Ia bisa berarti Nafas, yaitu udara yang keluar dan masuk ke dalam tubuh manusia, melalui mulut atau hidung. (Lihat Al-Mufradat fii qoribil Qur’an, hal 501).
An-Nafs bisa berarti diri sendiri, seperti pada kalimat “Ja a Huwa Nafsuhu”, artinya dirinya sendiri yang datang, bukan wakil atau siapa dan apa-apanya. (Lihat, Al-Mu’jamul Wasith, hal. 940).
Jadi secara etimologis, Tazkiyatun nafs berarti membersihkan jiwa, memperbaikinya dan menumbuhkannya agar menjadi semakin baik serta mengembangkan potensi baik jiwa manusia.
Sedangkan secara istilah, Tazkiyatun nafs pada adalah proses pembersihan jiwa dan hati dari berbagai dosa dan sifat-sifat tercela yang mengotorinya, dan selanjutnya peningkatan kwalitas jiwa dan hati tersebut dengan mengembangkan sifat-sifat terpuji yang diridhai Allah Swt, serta potensi-potensi positifnya dengan mujahadah, ibadah dan berbagai perbuatan baik lainnya, sehingga hati dan jiwa menjadi bersih dan baik serta berkwalitas. Yang selanjutnya menjadikannya mempuyai sifat-sifat dan prilaku yang baik dan terpuji.


Dalil Tentang Tazkiyatu Nufus
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya: Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S Al-baqarah : 129)
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Artinya: Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Q.S Al-baqarah : 151)
فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى * وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى
Artinya: Dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)." Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" (Q.S  An-nazi’at: 18-19)
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى
Artinya: Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, (Q.S  Al-lail : 18)
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا * وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Artinya: sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S As-syams: 9-10)

Hakikat Keberadaan Hati
Pada hakikatnya, hati adalah terpancar oleh keimanan. Allah subuhanahu wata'ala berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (الأعراف : 172)

1359 - حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، وَيُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ البَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ» ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: {فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ القَيِّمُ} [الروم: 30]


Permasalahan: bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?

1383 - حَدَّثَنِي حِبَّانُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَوْلاَدِ المُشْرِكِينَ، فَقَالَ: «اللَّهُ إِذْ خَلَقَهُمْ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ»
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (11)
Artinya: “Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya..” (At-Taghâbun [64] : 11)
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ (37)
Artinya:  Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qâf [50] : 37) 
1.   Hati orang-orang yang beriman/ hati yang selamat
2.   Hati orang-orang munafiq/ hati yang sakit
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ (13) وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah [2] : 10)
3.   Hati orang-orang kafir/ hati yang mati
وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ (88)
Artinya: “Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (Al-Baqarah [2] : 88)
        Dan Allah berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا (24)
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad [47] : 24)
Dan Allah berfirman:
حم (1) تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (2) كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (3) بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ (4) وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ (5)
 Artinya: “Mereka berkata: ‘Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)’.” (Fushshilat [41] : 5)

4 Bentuk Nafsu Yang Ada Dalam Diri Seseorang
1) Nafsu Amarah
cenderung pada tabiat jasad dan mengejar pada prinsip – prinsip kenikmatan. menarik kalbu manusia untuk melakukan perbuatan perbuatan yang rendah yang sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga ia merupakan tempat dan sumber kejelekan dan tingkah laku yang tercela. Firman Allah SWT :
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
 Artinya : “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyerukan pada perbuatan buruk, kecuali nafsu yang di beri rahmat oleh Tuhannku” [QS. Yusuf : 53] 
1. Daya syahwat yang selalu mengiginkan birahi, kesukaan diri, ingin tahu dan caampur tangan urusan orang lain. 
2.  Daya ghadab yang selalu mengiginkan tamak, serakah mencekal, berkelahi, ingin menguasai yang lain, keras kepala, sombong dan angkuh. 
2) Nafsu Lawwamah.
Lawwamah berasal dari kata al–talum yang berarti al–taraddun (bimbang dan ragu-ragu). Dikatakan lawwamah karena sifatnya al-lawm yang berarti celaan kerena meninggalkan iman atau celaan karena berbuat maksiat dan meninggalkan ketaatan. Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang telah memperoleh cahaya kalbu, lalu dia bangkit untuk memperbaiki kebimbangannya antara dua hal. Kepribadian lawwamah berada dalam kebimbangan antara kepribadian ammarah dan kepribadian muthmainnah.
Firaman Allah SWT:
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
Artinya: “Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali “ [QS. Al-Qiyamah : 2]
3) Nafsu Mulhammah
Nafsu Mulhamah yaitu nafsu yang memperolrh ilham dari Allah SWT, dikaruniai ilmu pengetahuan.Ia telah dihiasi akhlak mahmudah (akhlak terpuji), dan ia merupakan sumber kesabaran, keuletan dan ketabahan.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
Artinya: “Dalam jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya), maka Allah SWT mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (as – Syams ayat 7-10)
4) Nafsu Muthma’innah
Kepribadian mutmainnah adalah kepribadian yang telah di beri kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat–sifat tercela dan tumbuh sifat–sifat yang baik. Kepribadian ini selalu berorientasi ke komponen kalbu untuk mendapat kesucian dan menghilangkan segala kotoranm sehingga dirinya menjadi tenang.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)
Artinya: “Hai kepribadian yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya.” [QS. AL – Fajr : 27-28] .

Apa Saja Penyakit Jiwa?
1.   Kufur, Nifaq. Yaitu ingkar kepada Allah. Bila seseorang ditimpa bencana dan ancaman kematian, maka ia akan memohon kepada Allah dalam segala posisi saking takutnya, tetapi setelah bencana itu diangkat oleh Allah, ia lupa bahwa dengan kekuasaan Allahlah hal itu terjadi. Firman Allah:
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS 10:12)
2.   Syirik & Riya’. Syirik : menyekutukan Allah dengan selain Allah. Riya’: syirik kecil, karena adanya pada diri manusia itu sendiri. Perumpamaan Rasul SAW : “Riya’ itu bagaikan semut hitam, di atas batu hitam, di dalam hutan belantara yang gelap pada waktu malam hari." Riya’ menyebabkan seluruh amal yang kita kerjakan karena Riya’ akan ditolak oleh Allah. Ingat salah satu doa yang diajarkan Rasulullah yang termuat dalam Al-Ma’tsurat:“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu terhadap apa-apa yang aku ketahui. Dan ampunilah aku terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui.”
3.   Hubbud dunya, atau cinta dunia(wahn). Firman Allah:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS 3: 14).
4.   Hasad (kedengkian). Orang yang hasad tidak senang bila orang lain mendapatkan rezeki, nikmat, dll dari Allah. Rasulullah menasehati kita, “Jauhi sifat hasad, karena tanpa terasa kebaikan amal kita habis seperti api menghabiskan sepotong kayu.” Ingat kisah seorang sahabat miskin (seorang buruh panggul) yang dikatakan Rasul SAW sebagai ahli syurga padahal ketika diselidiki oleh seorang sahabat lain amalan lainnya biasa saja. Ternyata rahasianya adalah bahwa tiap malam ia berdoa agar terhindar dari sifat hasad dan mendoakan orang lain yang berniat atau telah melakukan kezaliman atas dirinya untuk diampuni oleh Allah.
5.   Ujub, yaitu kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri. Kekaguman itu bisa terhadapkekaguman fisiknya (narsisme), ilmu pengetahuan yang dimiliki, dan yang paling bahaya adalah terhadap amal perbuatannya sendiri. Yang disebut terakhir Allah menggambarkan dalam surat 49:17 bahwa orang yang ujub merasa telah memberikan ni’mat (rezeki, sedekah) kepada orang lain dan merasa bangga disebut sebagai yang menyedekahi. Dengan kata lain ia melakukan amal perbuatannya karena ingin dilihat orang lain. Silakan dicek pula surat 7: 44 (bacaan para penghuni surga ketika masuk surga).
6.   Takabbur, atau sombong. Awal dari takabbur ini adalah sifat ujub. Bermula kagum pada diri sendiri kemudian ia merendahkan orang lain. Cukup banyak ayat yang menerangkan sifat takabbur ini. Lihat surat An-Nahl (16) : 22 – 25. Cara untuk menghilangkan sifat ini adalah banyak berdzikir (kagum pada Allah).
7.   Ittiba’ul Hawa, atau selalu mengikuti hawa nafsu. Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak mau dibatasi. Allah mengijinkan disalurkannya nafsu, tetapi semua ada batasnya. Oleh karena itu fungsi kajian Tazkiyatun Nafs ini adalah supaya nafsu tersalurkan sesuai porsinya.

Sarana Untuk Membersihkan Jiwa
1.   Sholat
Artinya: "Sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan
mungkar"
(al-'Ankabut: 25)
2.   Puasa
Artinya: "Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaawa." (al-Baqarah: 183)
3.   Zakat
الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى
Artinya: Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, (Q.S  Al-lail : 18)
4.   Membaca Al-qur’an
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Artinya: "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya)." (al-Anfal: 2)
5.   Dzikir
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: " (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (Ar-ra'd: 28}  
6.   Muhasabah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok." (al-Hasyr: 18)
7.   Doa
اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا. رواه مسلم
Artinya : Ya Allah! Anugerahkanlah ketakwaan pada jiwaku, bersihkanlah ia, Engkau adalah sebaik-baik yang membersihkan jiwa. Engkaulah Penguasa dan Pemiliknya. (HR. Muslim.)
8.   Mengingat Kematian
أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ
Artinya: "Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dankemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka ? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah al-Qur'an itu?" (al-A'raf: 185)
9.   Amar Ma'ruf Dan Nahi munkar
10.       Jihad
Artinya : "Sesungguhnya Allah telah membeli orang-orang mu 'min, diri dan harta mereka dengan memberikan sorga untuk
mereka. Mereka berperang di jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh..."
(at-Taubah: 111)
11.  Melakukan Pelayanan Umum Atau Khusus Dan Tawadhu'
karena keduanya dapat menghapuskan kesombongan
dan 'ujub; atau memperkuat rasa kasih sayang dan lemah lembut.
12.  Taubat
"Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan." (al-Furqan: 70)

    TujuanTakiyatunNafs
1.      Tathahhur (upaya penyucian diri)
Yaitu upaya membersihkan jiwa mulai dari meninggalkan segala keburukan yang telah dilakukan di masa lalu. Upaya ini dimulai dengan taubatan nashuha, yaitu taubat dan berjanji tidak akan mengulangi lagi segala kesalahan yang telah dilakukan seperti mengotori jiwa, dan hati. Misalnya, berdusta, khianat, mengingkari janji, hasud, riya’, dan lain sebagainya. Dengan cara mengosongkan diri dari segala perilaku buruk tersebut, jiwa akan terasa kosong dari penyakit-penyakit hati tersebut.
2. Takhallaq (upaya menghiasi diri dengan akhlak al karimah)
           Setelah seseorang berusaha mensucikan diri dari perbuatan kotor pada jiwanya, maka dia harus berupaya mengisi kekosongan jiwanya itu dengan berbagai kebaikan dan akhlak yang mulia di mata Allah. Semua sifat buruk yang telah di buang diganti dengan sifat baik seperti, jujur, amanah, tawakal, sabar, tawadhu’, dan masih banyak sifat lain yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, bahkan untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.
3. Tahaqquq (upaya merealisasikan kedudukan-kedudukan mulia atau biasa disebut Maqomatul Qulub)
 
   Hasil Dari TaskiyatunNafs
1. Dhabtul-Lisan (lisan yang terkontrol)
Rasululloh menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat bagi lurusnya hati, dan menjadikan lurusnya hati sebagai syarat lurusnya iman. Lisan akan selalu dzikrulloh daripada menyuarakan hal-hal yang tidak bermanfaat akan berakibat kerasnya hati. Jika seseorang beriman kepada Allah dan hari akhir maka orang tersebut akan selalu berkata yang baik dan bermanfaat, dan jika dia tidak bisa berkata baik dan bermanfaat maka dia akan diam. Dengan begitu maka ia akan dapat mengontrol lisannya untuk selalu berkata yang baik dan bermanfaat.
2. Iltizam bi adabil ‘ilaqat (komitmen dengan adab-adab pergaulan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar